Bukan
karena merasa diri memiliki banyak kelebihan sehingga kepala kita tegak
dan langkah kita mantap. Tetapi karena kita yakin pertolongan Allah
Ta'ala sangat dekat. Hanya Allah Ta'ala yang menggenggam kekuatan.
Langkah ini tegap karena bersungguh-sungguh terhadap hal-hal yang
bermanfaat dan fokus ke masa depan. Bukan sibuk meratapi masa lalu
maupun kesempatan yang terlepas dengan berandai-andai karena kata "seandainya" merupakan pintu masuknya setan.
Marilah kita renungi sejenak hadis Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ
الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ
بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ
أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا
شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah, namun pada masing-masingnya memiliki kebaikan.
Bersungguh-sungguhlah (bersemangat) terhadap hal-hal yang bermanfaat
bagimu. Mintalah pertolongan hanya kepada Allah, dan jangan bersikap
lemah.
Apabila ada sesuatu yang menimpamu, janganlah berkata,
‘Seandainya dahulu aku melakukannya, niscaya akan begini dan begitu.’
Tetapi katakanlah, ‘Itulah ketetapan Allah dan terserah Allah apa yang
Dia inginkan maka tentu Dia kerjakan.’ Sebab, ucapan ‘seandainya’ itu
akan membuka celah perbuatan setan.” (HR. Muslim).
Nah, apakah
yang dapat kita renungi bagi pendidikan anak-anak kita? Apakah yang
dapat kita renungi untuk memotivasi anak-anak kita? Inilah yang perlu
kita pikirkan. Telah berlalu generasi terbaik yang mereka meraih
keutamaan itu bukan karena menetapkan diri menjadi pemenang, tetapi
lebih karena menjadikan kesungguhan dan ketahanan diri dari
berandai-andai sebagai sikap dasar yang tidak dapat ditawar-tawar.
Walllahu a'lam bish-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar